07 Maret 2009

Polisi Bebaskan Sandera

* Diberi Makan Cuma Sekali Sehari
serambi Indonesia
IDI
- Kepolisian Resor (Polres) Aceh Timur, Jumat (6/3) sekira 05.30 WIB berhasil membebaskan Mukiat alias Ahok (50), warga Marelan, Medan, Sumatera Utara (Sumut), yang disandera komplotan penculik di Peureulak Kota. Pria yang juga tekong boat itu dibebaskan tanpa uang tebusan.


Versi polisi, sebelum pembebasan dilakukan, sempat terjadi baku tembak antara polisi dengan komplotan bersenjata api (senpi) di kawasan Desa Kuala Leuge, Peureulak Kota. Kapolres Aceh Timur, AKBP Ridwan Usman yang dihubungi Serambi kemarin mengatakan, pihaknya berhasil membebaskan sandera dari kungkungan empat pria yang bersenjata laras panjang di kawasan Desa Kuala Leugeu, Kecamatan Peureulak.

Menurut Ridwan, korban yang sudah semingggu terakhir ditahan kawanan penculik itu merupakan tekong boat KM PUU 46. Ia diculik dari atas boat ketika sedang mencari ikan di kawasan Kuala Peureulak. Para pelaku menodongkan senjata laras panjang ke arahnya.

Setelah diculik, pelaku membawa korban dengan cara memindahkannya ke boat lain. Selanjutnya dibawa menepi ke daratan.

Saat berada dalam kawalan pelaku, korban sempat dimintai uang tebusan ratusan juta rupiah. Namun, ia belum sempat memberikan uang yang diminta pelaku ketika polisi berhasil membebaskannya.

“Pada saat membebaskan sandera, polisi sempat melepaskan beberapa kali tembakan ke arah pelaku. Namun, tak berhasil melumpuhkan seorang pun dari empat pelaku,” ujar perwira polisi kelahiran Montasik, Aceh Besar ini.

Masih menurut Kapolres, selama dalam penyanderaan, korban selalu dibawa pelaku berpindah-pindah tempat. Diduga, cara itu dilakukan untuk mengelabui petugas dalam mendeteksi keberadaan atau lokasi persembunyian mereka.

Selain itu, korban mengaku hanya diberi makan satu kali sehari oleh kelompok yang belum teridentifikasi itu.

Keberadaan para penyandera diperoleh polisi berdasarkan informasi masyarakat yang menyebutkan bahwa komplotan sedang berada di wilayah itu.

Atas dasar informasi tersebut, kata Ridwan Usman, polisi segera bergerak ke lokasi untuk menggerebek. Mengetahui keberadaan mereka sudah tercium polisi, para pelaku segera melepaskan tembakan ke arah hamba hukum. Mendapat serangan, polisi segera membalasnya, sehingga terjadi kontak tembak beberapa menit, dan komplotan itu pun menghilang.

Ditanya tentang kondisi korban, menurut Kapolres, saat ini korban sudah berada di Mapolres di Peudawa dalam kondisi lemah serta shock berat, meskipun mampu berbicara.

Sebelumnya, Serambi mencatat bahwa gerombolan bersenjata api asal Aceh Timur telah merompak peralatan tug boat yang sedang menghela kapal tanker kosong, MLC Nancy 5 milik Singapura, pada 19 Februari 2009 di perairan Malaysia. Pelaku menahan nakhoda kapal yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) serta meminta tebusan Rp 1 miliar.

Kapal MLC Nancy 5 itu berlayar dari India dan akan masuk ke Singapura. Tiba-tiba ada sebuah kapal nelayan yang mendekat, kemudian naik tujuh orang bersenpi. Tiga orang di antaranya bersenjata laras panjang, diduga AK 47, dan empat lainnya menggunakan pistol. Pelaku kemudian hanya menculik dua orang di antaranya. Hingga kini, nasib nakhoda dan seorang awak buah kapal yang diculik itu belum diketahui. Beberapa pihak curiga, penculiknya adalah rompak laut pimpinan Popeye, spesialis kejahatan di laut saat Aceh masih berkonflik. (na/is/yuh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar