28 Februari 2009

Aceh Zona Merah Kaki Gajah

Aceh Independen | Banda Aceh (Sabtu , 28 Februari 2009)

Aceh menjadi daerah endemis, tempat berkembangnya cacing filaria penyebab kaki gajah (filariasis). Pengidap filariasis di daerah ini tersebar merata di semua daerah, dengan sebaran dominan di Pidie, Aceh Utara dan Aceh Besar.

Sepanjang tahun 2008, hasil surveilance Dinas Kesehatan Aceh menunjukkan ada 1.246 kasus filariasis yang terdata. Ribuan lainnya diperkirakan tidak terungkap, karena umumnya terdapat di kawasan pedalaman.

Kasus-kasus terbaru di awal tahun ini terungkap ketika Dinas Kesehatan Lhokseumawe menemukan sepuluh pengidap kaki gajah dalam sepekan. Sepuluh kasus itu masih dalam lingkup sempit, hanya di dua kecamatan.

Menurut data dari Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, pengidap kaki gajah di Aceh umumnya berusia 20-40 tahun, dan sebagian kecil berusia antara satu hingga empat tahun.

“Sepanjang tahun lalu ada 1.246 kasus yang terdata. Untuk tahun ini, sebaran dan jumlah kasus filariasis masih diteliti,” kata Abdul Fatah, Kepala Seksi P2P di Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.

Fatah mengatakan buruknya sanitasi dan lemahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan membawa pengaruh langsung bagi penyebaran filaria. Dua hal itu juga dipastikan sebagai penyebab utama sejumlah kawasan di Aceh menjadi kawasan “sarang kaki gajah”.

Kepala Dinas Provinsi Aceh, TM Thaib, mengatakan instansinya kini sedang berupaya keras menanggulangi filaria. Dinas terkait kini sedang menyiapkan pengobatan massal serentak bagi masyarakat, dengan sasaran penduduk usia dua tahun ke atas. Pengobatan ini akan terus berlangsung selama lima tahun, dan dilakukan sekali dalam setahun.

“Kami berharap pemerintah menyiapkan biaya operasional untuk pengobatan massal ini. Untuk obat, kami akan mengupayakan bantuan dari WHO (Badan PBB untuk Urusan Kesehatan)”, ujar Kepala Seksi P2P, Abdul Fatah.

Tindakan medis
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, TM Thaib, meminta masyarakat memahami tindakan medis bagi penderita filariasis, terutama karena penanganan penyakit ini relatif.

“Cara penanganan kasus filariasis relatif, tergantung tingkat penderitaannya. Kalau penyakitnya hanya menimbulkan bengkak, cukup dengan membersihkan bagian tersebut dengan air hangat dan sabun, serta minum obat Dietil Karbamasin Sitrat (DEC) dan Albendazole secara teratur”.

“Jika sudah infeksi, harus diobati secara intensif. Tindakan operasi jarang dilakukan, karena jarang mendapat hasil baik. Jika kaki masih utuh dan masih bisa digunakan untuk berjalan, cukup dengan pengobatan. Tidak perlu diamputasi, kecuali sudah sangat darurat,” kata.

Untuk pencegahan, katanya, ia mengimbau masyarakat membiasakan memasang kelambu atau memakai lotion antinyamuk sebelum tidur, agar terhindar dari gigitan nyamuk yang bisa menularkan filariasis. [carep-13]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar